"i'm running out of time i'm out of step and
closing down and never sleep for wanting hours
the empty hours of greed and uselessly always
the need to feel again the real belief of
something more than mockery if only i could
fill my heart with love"
The Cure
(Closedown)
suatu malam [pada lima tahun yang lalu]... teringat indahnya tatapmu yang menatap dingin langit di atas Cirebon. [ya, Cirebon, bukan Paris, atau London]
[Masih terjebak dalam fananya waktu...] Tapi apalah arti waktu.. "yang fana adalah waktu, bukan" [sdd] tanpa jenuh aku terus menggunakan kutipan syair itu.. seperti apakah kefanaan?
[apakah seperti orgasme hidung belang setelah menggagahi penjaja nafsu. catat: nafsu, bukan cinta. karena mungkin tidak ada cinta. lalu apa yang membuatku fatalis berharap akanmu?]
[apakah kecantikanmu juga fana? begitu pula dengan tatapmu? yang tajam menyeruak, menerawang, memandangi gerimis di Caringin itu?]
pada suatu ketika, terucap kata dari bibirmu, yang melalui untaian kawat kabel Telkom, lalu menghujam tepat di jantungku:
"penting ya, jadi cantik?!"
ahhh, puan... andai saja kau tahu cantikmu yang fana itu menaklukkan beberapa hati tuan. yang untungnya menjadi mati karena dinginmu.
yang untungnya bukan aku yang mengatakan mencintaimu karena kamu cantik. karena puan, berjuta bintang di langit juga cantik. bagitu pula dengan lembayung senja. tapi tak menjadikan satu tuan pun gila hingga takluk. seperti takluk di hadapmu. mengapa dia tidak bersimpuh ingin selalu bersama lembayung senja, atau langit berbintang. tapi ingin selalu bersamamu. apa karena tatapmu lebih indah dari lembayung itu? atau apa karena dia tidak bisa mensetubuhi indahnya langit malam? karena cintakah orang rela untuk mengikat janji untuk kemudian disetubuhi...? ahh.. pasti ada alasan yang lebih dari itu. mari kita coba cari tahu..
[entah kenapa aku lebih menghargai orang yang menikah karena alasan yang lebih transenden: tuntutan dakwah, manhaj para nabi... ahhh... andai saja aku bisa mencintaimu karenaNya. bukan karena cantikmu, atau tatapmu, atau mungkin anumu... tapi tidak.. bahkan aku tidak pernah memiliki fantasi apapun tentangmu. bukan berarti tidak bisa bernafsu akanmu, tapi ada yang lebih bergetar selain anuku... hanya saja kamu tidak pernah mau tahu: hatiku!]
lagipula puan, aku tak percaya cinta. bukan.. bukannya tak percaya. katakan saja belum. karena terlalu rumit semiotika itu. maukah kau mengajarkan itu: tak perlu rumus-rumus rumit itu, puan.
puan, kefanaan apakah yang terasa begitu abadi:
merekonstruksi wajahmu. juga perasaanku akanmu.
adalah sebuah keanehan apabila orang yang tidak percaya cinta seperti aku, terus memiliki perasaan kepada seseorang yang dingin seperti kamu, puan...
[aaahhhhhh... entah apa makna kata tulisan ini. racauan. yang pasti tidak akan pernah terbaca (ya, terbaca.. bukan dibaca) olehmu...
*if only i could fill my heart with love*
gajelasgajelasgajelasgajelasgajelasgajelasgajelasgajelas
gajelasgajelasgajelasgajelasgajelasgajelasgajelasgajelas
gajelasgajelasgajelasgajelasgajelasgajelasgajelasgajelas