Pages

Senin, 11 Agustus 2008

Dongeng 2: Mario Bros

Mario berdiri menatap lanskap di hadapannya: ribuan pipa, ribuan jamur, ribuan koin emas yang tergantung sempurna di awan, bintang, tiang bendera, dan kastil batu-bata. “Ahh, bukankah hidup hanyalah sekumpulan de javu,” desahnya resah.

Atau mungkin hidup adalah sekumpulan fragmen dari hasil penelusuran menjelajah pipa-pipa yang tak tentu arah. Kadang menuju negeri gelap gulita. Atau negeri terik yang mataharinya menyengat, bagai menjatuhkan landak di atas kepala.

Maka terus ditelusurinya tapak jalan itu, yang entah menuju ke mana: King Koopa? Entahlah, mungkin monster buaya hijau menyeramkan itu hanya mitos. Ribuan buaya telah dibunuhnya, namun tidak satu pun bernama Koopa, yang menawan seorang putri raja.

“Mungkin memang tidak ada King Koopa,” pikirnya.

Apa arti dunia tanpa musuh abadi yang sulit untuk dikalahkan. Jika demikian, mungkin tidak akan ada keyakinan: Akan setan, iblis, atau dajjal yang harus dikalahkan.

Bagaimanapun masa depan sama menyeramkannya dengan King Koopa. Monster menakutkan yang menjarah dan menjelajah setiap jengkal keluguan masa kanak-kanak.

Membunuh setiap peri gigi, kurcaci, juga Sinterklas.

“Lalu di mana putri yang tertawan?” tanyanya.

Pikirannya makin gelisah. Jangan-jangan seluruh isi dunia berkonspirasi. Membuat cerita yang sama: Sebuah konstruksi akan cinta yang sempurna. Seperti Prince Charming yang membebaskan putri raja dari cengkraman naga.

Mario semakin resah, menatap de javu di hadapannya: ribuan pipa, jamur, bintang, koin-koin emas yang tergantung sempurna di awan, tiang bendera, dan kastil batu-bata. “Ahh, alangkah bahagia apabila sebuah tulisan ‘Game Over’ segera mengakhiri petualangan ini,” harapnya, entah kepada siapa.

Juni, 2008

Senin, 04 Agustus 2008

Benci Purnama

Pada akhirnya
Batara Kala pun datang
untuk menelan purnama

agustus, 2008