Pages

Kamis, 18 Juni 2009

Golput



Kelak, saya akan bertanggungjawab di hadapanMu, Allah Azza wa Jalla, bahwa saya telah memilih yg mudhorotnya paling kecil, yang terbaik dari yang terburuk, dengan pertimbangan semua pengetahuan saya tentang 3 pasangan itu: Yaitu memilih untuk TIDAK MEMILIH! Lagi!

Allah, saksikanlah. Bahwa sikap ini bukan merupakan keputusasaan. Mungkin memang dengan sedikit keterpaksaan. Semoga merupakan keterpaksaan yang sementara.

Karena harapan itu masih ada, akan tetap ada, selalu ada.

Selama harta bukanlah washilah utama untuk meraih kekuasaan. Selama kekuasaan bukanlah tujuan utama dan dasar dari perjuangan.

Selama harta dan kuasa tidak lagi menjadi fitnah yang menjadikan kami, juga ummat penerus ajaran Muhammad ini, terkotak, terpisah, terpecah belah. Terperangkap dalam kepicikan untuk membela hal-hal yang tidak substansif: Partai, Hizb, Harokah, jamaah (dengan j kecil), dan kesempitan lain. Hingga kepicikan itu membuat kami melupakan substansi yang lebih mulia: Izzul Islam wal Muslimin!

Allah. Saksikanlah. Bahwa jiwa ini, tetap merindukan kesyahidan; Merindukan keinginan untuk menatap wajahMu; keinginan berjumpa kanjeng Nabi Muhammad; dipersatukan dalam keindahan Jannah bersama saudara seiman.

Jika hati ini, jiwa ini, raga ini, kotor dengan kekhilafan, maka sucikanlah.. Jika relung hati ini penuh dengan kekecewaan terhadap partai yang mengatasnamakan dakwah, maka sembuhkanlah.

Karena dengan Islam, hamba pernah merasa mulia. Dengan Islam, hamba berharap terus mulia hingga nafas terakhir. Takdirkan hamba, agar dapat teguh dalam perjuangan di jalanMu, untuk mewujudkan cita ini: terwujudnya Izzul Islam wal Muslimin.

Hingga tidak lagi malu untuk mencalonkan kader terbaik ummat ini sebagai calon pemimpin negeri.

Yaa Robbul Izzati! Takdirkanlah!