Pages

Sabtu, 16 Oktober 2010

Sulitnya Mencari Jenazah di Wasior Saat Presiden Datang


Wasior - Abdul Mamiek (43 tahun) menatap lekat pohon-pohon dan batu besar yang menimpa reruntuhan rumah-rumah di Teluk Wondama, Wasior, Papua Barat. Mamiek menduga di antara timbunan pohon, batu, dan lumpur itulah anaknya, Afdhalalul Ikhsan (21 tahun), terkubur banjir bandang saat bencana itu melanda Wasior.

"Di sekitar situ anak saya terkubur," kata Mamiek sambil menunjuk salah satu pohon besar, Kamis pagi, 14 Oktober 2010. "Lokasi itu juga saya tahu setelah tanya kepada warga di sini," lanjut Mamiek.

Usai menunjuk, Mamiek pun tak kuasa menahan tangis kehilangan Said, panggilan Afdhalalul, anak sulungnya yang baru tinggal di Wasior selama dua bulan. Di Wasior, Said bekerja sebagai tukang cuci foto dan ikut bersama adik perempuan Mamiek (tante Said) yang sekarang tinggal di pengungsian.

Ketika banjir bandang melanda Wasior, Mamiek sedang berada di Makasar. Saat mendapat kabar, seketika itulah Mamiek berusaha terus mencari Said yang masih dianggapnya hilang.

"Saya dapat kabar dia (Said) sedang tidur saat banjir itu datang. Sudah dibangunkan, tapi tidak sempat. Batu dan pohon besar itu menimpa rumah, tapi tidak ada yang tahu dia ke mana," ucap Mamiek sambil memegangi foto Said.

Sejak pertama tiba di Wasior, Selasa, 12 Oktober 2010, Mamiek pun terus berusaha mencari keberadaan Said. Termasuk jenazahnya, jika memang anaknya mati tertimbun lumpur akibat banjir bandang.

Mamiek terus meminta alat berat seperti ekskavator untuk mencari 'anaknya' di antara timbunan batu dan pohon besar. Namun, menurut Mamiek, pencarian korban hilang dihentikan sementara saat Wasior bersiap menyambut kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 14 Oktober 2010.

"Secara spontan saya minta ekskavator untuk gali. Tapi dikatakan: 'Kita tidak lakukan dulu itu, kita utamakan bersihkan jalan karena presiden mau datang'," tutur Mamiek sambil menyeka air yang masih tertahan di matanya.

Walau tidak mendapat bantuan, Mamiek mengaku akan terus mencari keberadaan 'anaknya' yang hilang. "Bagaimana pun saya terus mencari, dengan adanya bantuan ataupun tidak," ujar Mamiek.

Namun, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif mengatakan tidak ada penghentian sementara pencarian korban hilang. Menurut Syamsul, pencarian sementara hanya dihentikan di lokasi yang dilewati Presiden SBY.

"(Penghentian sementara) itu kan hanya pada titik yang dilewati Presiden. Sedangkan ada 18 titik yang pelaksanaannya tetap jalan, dengan 40 alat berat," ucap Syamsul yang ditemui di hotel tempat rombongan Presiden menginap di Manokwari, usai mengunjungi Wasior, 14 Oktober 2010.

Bayu Galih, Oktober 2010